Potret Kelulusan di Bangsa Ini




Tulisan ini telah lama tersimpan rapi satu tahun yang lalu ketika saya masih menduduki bangku kuliah semester dua dan kini saya telah memasuki semester lima. Waktu yang terus mengejar membuat kita lupa akan beberapa hal yang terjadi bahkan sebuah tulisan yang saya buat sendiri di waktu yang lampau. Hingga saya menemukan tulisan ini dan mengingatkan saya pada sebuah fenomena kelulusan di masa sekolah menengah atas, hal yang sangat mengasyikkan bagi sebagian orang "mungkin".
Baru saja pesta kelulusan anak SMA berlangsung, di mana para alumni di setiap sekolah terpancar rona bahagia di wajah mereka, usaha tiga tahun lamanya terbayar dengan kelulusan yang diinginkan. Saya pernah merasakan itu satu tahun yang lalu, iya dengan perasaan yang sama, alangkah senangnya lulus bersama teman-teman satu angkatan. Tiga tahun bersama bukan waktu yang sedikit, tetapi ketika kita melewatinya semua hal tersebut terasa singkat. Kita belajar, tertawa, bermain, dan kegiatan organisasi lainnya serasa singkat di waktu itu. Bukan hanya itu, di masa sma ini banyak kisah-kisah yang tak bisa digambarkan dengan detail namun dengan memori tersimpan di hati siswa masing-masing.
Alangkah baiknya, alangkah bijaknya jika akhir dari perjalanan tiga tahun tersebut ditutup dengan perasaan bersyukur, melakukan kegiatan yang positif seperti syukuran dengan orang-orang yang tidak mampu, menyumbangkan seragam yang telah dipakai untuk orang yang lebih membutuhkan serta senantiasa mengingat pengorbanan diri dan orang tua. Bukan dengan perayaan yang mungkin bagi semuanya wajar tetapi apakah harus berlebihan?. Perayaan tersebut berbanding terbalik dengan keadaan sebuah negeri yang sedang bersimbah darah, negeri yang sedang dirundung duka karena peperangan namun disini anak-anak bangsanya bersimbah darah warna warni yang menjadi kebanggan tersendiri. Bukan sebuah perbandingan yang mencolok sebenarnya, hanya saja keduanya muncul akibat dari pergaulan yang kurang tepat di antara mereka. Bukan mengarah sebuah stigma, hanya sebuah saran yang simple yang dapat kita terapkan yaitu jika ingin melakukan sesuatu harus dipikirkan terlebih dahulu resiko yang akan diambil. Ingat, kalian adalah generasi penerus bangsa ini, apakah kalian tidak pernah memikirkan perjuangan pahlawan terdahulu hingga kalian bisa mengenyam bangku pendidikan, sederhananya ingat pengorbanan diri kalian sendiri saja dan orang tua kalian. Mengikuti pembelajaran dari pagi hingga sore dengan pelajaran yang jumlahnya lebih dari belasan mapel, ditambah dengan tugas dari para guru dan sederhananya lagi ingatlah pengorbanan orang tua kalian yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk terus berpikiran positif bahwa anaknya adalah satu-satunya harapan bagi mereka. Menjadi calon Agent Of Change. Saya hanya mengingkatkan, bahwa tugas kita masih panjang teman, bukan hanya selesai pada akhir dari masa tiga tahun ini, masa depan bangsa ini ada pada tangan kita semua, pemuda dan pemudi indonesia adalah agent of change . Agen dari masa perubahan indonesia ke arah yang semakin baik. Tentunya kita semua tak mau kan bila 10 atau 20 tahun kedepan bangsa ini menjadi bangsa yang benar-benar buta akan moralitas dan cita-cita mulia, walaupun mungkin saat ini benih-benih buta tersebut kian bermunculan, tapi tetap berpikiran positif saja bahwa kita dapat mencegahnya mulai dari sekarang. Dengan peran anak bangsa di bidangnya masing-masing.


Sekian
Semarang, 11 Mei 2016

Komentar

Postingan Populer